Kartu
Pintar Sebagai Alat Ajar Edukatif Menggambar Ilustrasi Bagi Siswa Kelas V
Sekolah Dasar
Dwi Mifta Amal Aulia
Effendi Zulkifly[1]
Yulianti Fitriyani[2]
Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Kampus Daerah Serang
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Penelitian ini bertujuan
untuk
meningkatkan hasil gambar ilustrasi serta memperbaiki cara proses belajarnya
pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dengan menggunakan media
kartu pintar di kelas V Sekolah Dasar Negeri Umbul Tengah 1. Jenis
penelitiannya menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini mempunyai
tiga siklus untuk mencapai target peneliti. Dimana setiap siklus memiliki
tahapan, meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang
berjumlah 32 orang. Adapun intrumen yang diterapkan yaitu lembar observasi
dan lembar penilaian produk. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa penggunaan
kartu pintar dapat meningkatkan hasil gambar ilustrasi pada mata pelajaran SBK.
Hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil aktivitas guru dan siswa
pada proses menggambar serta terlihatnya hasil gambar ilustrasi yang sesuai
dengan kaidah. Peneliti terlebih
dahulu mengadakan pra-siklus dan diperoleh hasil nilai awal sebagai acuan
pertama. Kemudian tahapannya dilanjut pada siklus I dan siklus II dengan
perolehan nilai yang meningkat bisa dikatakan berhasil. Namun hasil nilai belum
sesuai dengan target
peneliti, maka dari itu dilanjutkan
dengan siklus III. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase peningkatan aktivitas mengajar guru sebagai
berikut: pada siklus I adalah 70%, siklus II adalah 80%, dan siklus III adalah
100%. Dari hasil persentase tersebut disimpulkan peningkatan aktivitas mengajar
guru dari siklus I ke siklus III sebanyak 30%. Sedangkan pada peningkatan aktivitas
siswa sebagai berikut: pada siklus I adalah 51,25%, siklus II adalah 56,25%,
dan siklus III adalah 71,5%. Hal ini menunjukan selalu ada peningkatan pada
setiap siklusnya,
yakni terlihat dari siklus I ke siklus III naik sebanyak 20,25%. Rekomendasi
penelitian ditujukan bagi guru dan peneliti selanjutnya yang hendaknya guru
bisa kreatif sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dan untuk
peneliti selanjutnya, diharapkan bisa melanjutkan penelitian ini, karena masih
perlu kajian lebih lanjut terutama pada bagian landasan teori untuk rentang
persentase skor dan hasil nilai. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya bisa
memperkuat dan melengkapi kekurangannya.
Kata
Kunci: Media Kartu Pintar, Gambar Ilustrasi
Smart
Cards as a Medium of Teaching Educational Drawing Illustrations 5th Grade Students of Primary
School
Dwi Mifta Amal Aulia
Effendi Zulkifly1
Yulianti Fitriyani2
Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Kampus Daerah Serang
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract
The
main purpose of this research was to increase the draw-illustration result and to improve its learning process on the
subject of Art, Culture, and Craftsmanship with the media of smart card in the fifth grade of Primary School Umbul Tengah 1. In this
research, classroom action research methode was applied. Furthermore, to achieve resercher target, this
research had three cycles in which every cycle involved several stages (action
planning, action implementation, observation and reflection). The subject of
this research was fifth grade pupils, 32
students in total. Meanwhile, instruments applied for this research were
observation sheet and product assesment sheet. The result of this research
revealed that the use of smart card could increase draw-illustration result on the
subject of Art, Culture, and craftsmanship. This can be seen from the
improvement of student’s activity outcome in drawing process and the conformity
between draw-illustration
result and the principle. In this research, pra-cycle was carried out and the
result obtained became the main reference. Then, the stage was continued with
1st cycle and 2nd cycle. However, the output did not yet meet resercher’s
expectation, therefore the stage was continued to the 3rd cycle. This can be
seen from the percentage of the increase
of teacher’s
activity, as follows: 1st cycle average from whole aspect wa 70%, 2nd cycle was
80%, and 3rd cycle was 100%. These
results show up from the cycle of the increase of the theacher’s
activity this is from 1st cycle untill 3rd cycle are 30%. Meanwhile from the percentage
of the increase of the student’s activity, as follow: 1st cycle average from whole
aspects was 51,25%, 2nd cycle was 56,25%, and 3rd cycle 71,5%. These results show that there was always
excalation from the cycle of the increase this is from 1st cycle
untill 3rd cycle are 20,25%. This
research give recommendation to teacher and second researcher have to creative
and create happiness learning condition. And the second researcher to continue
this research. Because still needed expansion especially of the part is theory
to range percentase scor and value. May it happen support and complementary
this famine.
Keywords : Medium
Smart Card, Draw Illustration
Pedidikan seni
menebarkan kesempatan emas guna membangun pengetahuan serta keterampilani
mengekspresikan diri; fantasi; pemecahan masalah kratif; dan kolaboratif;
komunikasi; perancangan arti bersama; serta rasa hormat kepada semua orang
(Power, B., & Klopper, 2011).
Umumnya, kurikulum
dijadikan tolok ukur pada matapelajaran SBK Seni Budaya Keterampilan, yakni di jenjang Sekolah Dasar
di kelas V mengandung seni rupa,seni musik, seni tari,seni derama dan
ketrampilan yang setara. Di SDN Umbul Tengah 1, berdasarkan wawancra pada
kegiatan prasiklus kepada pengajar kelas. Didapat keterangan bahwa nilai final
mata pelajaran SBK berlandaskan pada indeks yang diterapkan berupa: cakupan
komposisi seni rupa 70%; seni musik 20%; serta seni tari 10%. Namun aspek–aspek
itu telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Menggambar illustrasi berarti
metode mengeskpresikan diri melewati sarana tertentu sehingga memperoleh gambra sesuai dengan imajinasi
pembuat (siswa) dengan maksud menceritakan atau menjelaskan suatu hal. Supaya anak didik
sanggup menggambarnya dengan baik, sangat diperlukan pemahaman tentang fungsi dari
menggambar. Secara lazimnya berfungsi untuk menceritakan pokok ide berupa
peristiwa atau suasana yang ada. Dengan tujuan lain agar anak didik mampu
menceritakn pokok ide atau bercerita melalui gambar. Gambar ilustrasi dalam
penelitian ini ialah sebuah gambar yang sengaja dibuat serta diimbuhkan pada
kolom tulisan sebagai pelengkap di novel pun di buku cerita yang sesuai dengan
isi cerita dengan gambar tersebut, kita bisa lebih terang menerima maksud yang
diceritakan si-pengarangnya. Gambar itu demikian yang disebut gambar ilustrasi.
Jadi gambar ilustrasi yakni merupakan gaambar yang berfungsi untuk memperjelaskan
materi cerita atau karangan artikel naskah tertulis. Gambar ilstrasi yang diinginkan
merupakan hasil karya seni rupa dua (2) dimensi.
Dari hasil pemantauan
pada kelas belajar SBK, banyak suatu yg menjadi masalah yakni salah satu diantaranya
minimnya rancangan yang matang mengenai penggunaan metode,model ataupun media
pada proses pengajaran. Lantaran itu, anak didik menjadi bimbang dan buntu dalam
menggambar. Peserta didik condong menggambar apa yang sering digambar mereka,
lalu yang terjadi ialah gambar buatan anak didik yang seragam. Hal tersebutlah
membuat saya (peneliti) ingin membantu memperbaiki masalah yang terjadi yang
kemudian sungguh dibutuhkan sarana belajar yang cocok. Sebab media merupakan
satu keping dari komponen belajar yang ridak terpisahkan (Soebandi, 2008).
Agar supaya pesera didik
bisa aktif serta kreatif dalam berkreasi menggambar ilustrasi. Sarana yang
dirasa serasi dengan permasalahan menggambar illustrasi ialah sebuah kartu
pintar. Kartu pintar yaitu merupakan satu alat yang dipake saat proses pengajaran
yang bertujuuan agar lebih mudah memperlihatkan khayalan anak dalam menggambar.
Kartu pintar sangat ampuh diterapkan guna merangsang timbulnya gagasan,ide
serta inspirasi dalam hal menggambar illustrasi. Selain keunikan yang berdaya
guna dan fleksibel, wujud gambar dalam kerangka “kartu pintar” memungkinkan sarana
permainan pun tukar pikiran tim. Alat ini bisa menimbulkan daya tarik, serta
dapat memupuk perhatian serta minat beljar anak didik, dan memudahkan
mengembagkan fantasi imajinatif gambar buatan peserta didik. Istilah medium kelas belajar dalam penelitian
ini adalah sebagai alat peraga kelas belajar guna menyampaikan materi pada
siswa (kelas V) sekolah dasar. Sebelumnya pun peneliti terlebih dahulu membuat
sarana kelas belajar kartu pintar setelah itu kemudian bisa dapat digunakan
sebagai mediaa pengajaran pada materi gambar ilustrasi. Media kartu pintar ini merupakan
alat peraga berbentuk kartu yang berisi cuplikan cerita bertema yang nantinya
akan dirubah murid ke bentuk gambar.
Sebab oleh itu,
berlandaskan masalah tsb. Penelitian ini hendak mencoba menerapkan medium kartu-pintar
pada pelajaran SBK guna fokus judul peneliitian yaitu “Penggunaan Media Kartu
Pintar untuk Meningkatkan Hasil Gambar Ilustrasi Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Umbul Tengah-1”
METODE
Kegiatan penelitian
mengenakan metode PTK (Penelitian tindakan kelas). Penelitian yg dilakukan oleh
pengajar dalam kelasnya sendiri guna memperbaiki kinerja supaya agar kualitasnya menjadi lebih baik serta
penambahan minat dan mutu belajar anak
didik. Sering kali kegiatan ini di lakukan secara kolaboratif, yakni antara
tenaga didik atau peneliti.
Kegiatan ini terjadi di
Sekolah Negeri Umbul Tengah 1 Kec Taktakan
Kota Serang, asal mula mengapa memilih lokasi ini; Di sebabkan sekolahan
tersebut menjadi tempat PPL, agar mengefisienkan waktu serta memiliki jalinan relasi
yang sudah baik.Penelitian dilaksanakan ketika semester genap tahun ajaran (2016/2017),
dimulai bulan Februari sampai Mei 2017.
Tujuan primernya yakni
berkenaan tentang gambar illustrasi buatan anak didik dengan menggunakan kartu pintar.
Tokoh penting pada penelitian ini yakni peserta-didik kelas V (lima) dengan
total 32 orang, ada pun 13 laki–laki berikut pula 19 perempuan.
Sejumlah ahli
mengemukakan model PTK dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar
terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: plan (rencana tindakan); action
(pelaksanaan tindakan); observation (mengamati), dan reflection (perenungan).
Komponen tadi itu merupakan kesatuan yang dianggap menjadi satu siklus. Yang mana
dilakukan secara terus menerus akan terus berkesinambungan sampai target
penilaiannya tercapai.
Supaya mendapatkan data
yang diperlukan,maka dibantu dengan petunjuk petunjuk antaralain: petunjuk
observasi; petunjuk wawancara; petunjuk penyimpanan; serta petunjuk ujian.
Pertama itu observasi, observasi ialah petunjuk pemantauan lebih menitik beratkan
dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan cara pelajaran SBK spesifiknya tentang
menggambar. Cara itu meliputi bentuk rancangan; pelaksana; atau sistem belajar
beserta gambar ilustrasi buatannya. Karena keterbatasan sepengamat, pemantauan
aktivitas oleh tenaga didik cuma dilakukan awalan dan akhiran pelajaran pada
tiap-tiap siklusnya dilaksanakan. Kedua mewawancara, petunjuk mewawancarai
berguna sebagai alat pencari berita, fakta, liputan, serta bahan dari pelatih
seni terutama pada materi tadi. Ada dua
jenis mewawancarai, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Di kegiatan kali
ini jenis mewawncara yang digunakan yakni petunjuk wawancara/ tidak terstruktur.
Karna sebelumnya tidak membereskan perincian uraian centang. Keterbatasan
kesempatan berikut tempo kegiatan ini dipakai hanya sekali saat prasiklus.
Ketiga dokumentasi, petunjuk dokumentasi memiliki fungsi mencari file atau
photo yang berkaitan dengan pelajaran. Guna proses pencarian membutukan alat
bantu berupa alat & tulis, kamera guna mengambil gambar selama pengajaran serta
bisa dijadikan alat rekam suara sebagai usaha mendokumentasikan segala sumber
data. Kebutuhan dengan fakta sangat perlu memakai teknik ini, supaya hasil
pendapatan data serta berita tertulis atau tersirat dapat tertangkap. Sehingga
data yang termiliki sangat akurat. Serta dapat mengurangi indikasi penaikan
bahkan penurunan kemampuan siswa terdata jelas. Terakhir tes, tes berperan guna
mengukur keberhasilan kegiatan pengajaran di sekolahan. Petunjuk ujian ini
megaplikasikan pernilaian non–tes, yangmana belajar di titikberatkan kepada standar kompetensi
(SK) berikut kompetensi dasar (KD) berkenaan materi itu. Anak didik diwajibkan
menciptakan gambar buatan mereka. Ujian ini dilangsungkan menggunakan teknik
penilaian produk.
Hasil observasinya dari
aktivitas peendidik dan anak didik selama pelajaran yaitu kualitatif-deskriptif
agar mengetahui seberapa banyak peningkatan menggambaar illustrasi menggunakan
sarana kartu pintar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada rangka ini akan di
bahas mulai dari perencanaan; pelaksanaan; hingga hasil. Kegiatan ini dilakukan
dalam tiga kali siklus. Permulaannya dimulai dengan kegaiatan prasiklus dahulu
yaitu hari Kamis 23 Februari 2017. Pertamanya melakukan observasi, pada ini dilakukan
pengamatan terhadap aktifitas belajar mengajar di kelas V SDN UmbulTengah 1.
Pengamatan proses kelas belajar SBK serta kondisi guru juga pun siswa di saat
cara kelas belajar berlangsung. Setelah mengamati kelas belajar peniliti
melakukan menwawancarakan dengan pengajar mata pelajaran SBK terkait dengan kelas
belajar SBK secara lazim, meliputi rencana pendidik dalam menyiapkan perangkat-kurikulum
meliputi ‘silabus’ dan RPP, pelaksanaan kelas belajar menggambar ilustrasi,
juga pun evaluasi kelas belajar “menggambar ilustrasi”. Setelah nya, dilakukan
pre sebelum test menggambar ternyata didapatkan nilai average sama dengan 1,85 sedangkan
presentasi ketuntasan siswa = 9,37% atau 3 orang. Usai dilakukan tahapan
pemantauan dan interview, proses kelas belajar mata pelajaran SBK kelas V,
direnungi bersama pengajar kelas dalam bentuk diskusi. Berangkat dari
permasalahan di atas, bermula observasi peneliti dengan guru kelas berdialog
guna mencari jalan keluar. Adapun peneliti menawarkan kepada pengajar kelas
menggunakan peraga kelas belajar yakni “kartu
pintar”.
Pada siklus ke-I
berlangsung saat Jumat tanggal 18 April 2017. Plan (siklus I) disusun berladaskan hasil refleksisasi, per-tahap
pra siklus. Pun juga peneliti mengagendakan rencana kelas belajar (materi
gambar ilustrasi) berupa rencana pelaksanaan kelas belajar berikut media kelas
belajar yaitu menggunakan kartu pintar untuk rancangan kelas belajar yang aktif
dan inovatif. Merangkai lembar observasi, dan tugas siswa untuk menggambar ilustrasi
dengan tema tertentu. Adapun kegiatan observasi ini dilakukan guna melihat
hambatan anak didik di proses kelas belajarnya dalam kelas. Banyak sesuatu yang
jadi problema yakni salah satu diantara nya terbatasnya pengajar seni yang
kemudian mata pelajaran SBK diajarkan oleh guru kelas. Berikut juga kurang
matangnya perencanaan tenaga ajar dalam pemakaian metode, model ataupun media
pada proses kelas belajar lantaran anak didik bingung dalam proses menggambar.
Anak murid cenderung menggambar apa yang biasa mereka gambar, maka yang terjadi
adalah hasil gambar buatan siswa yang seragam. Melaksanaan kegiatan siklus I
dilakukannya tindakan atas apa yang sudah di rancang sebelumnya. Diawali
seperti pelajaran sewajarnya disambung dengan inti belajar kali ini memakai
media kartu pintar dipakai permainan bendera warna dan warni. Dilanjut
pembagian kartu jua penentuan tema cerita seraya anak mengerjakan tugas
gambarnya. Pertemuan diakhiri dengan doa berbarengan. Kegiatan observasi yang
diamati oleh peneliti (saya) yakni aktifitas dan hasil belajar siswa tentang materi
gambar ilustrasi dengan meng-apply
media kartu pintar. Hasilnya pun didapati nilai average 2,05. Presentasi
ketercapaian aktifitas belajar siswa sama dengan 51,25% nilai itu
mengindikasikan kriteria aktifitas belajar siswa pada siklus ke-I ini terbilang
“cukup rendah”. Namun observasi pada pengajar tercatat nilai aspek yang didapat
= 70% dengan kategori nilai “cukup”. Tergambar bahwa pada hasil-nilai gambar ilustrasi
anak didik masih “rendah”, yaitu dalam kategori “cukup” dan belum sesuai dengan
nilai KKM yang ditentukan Sekolah, mendapatkan nilai average minimal 67, di penelitian ini, nilai yang dikatakan tuntas
wajib di atas nilai KKM sama dengan skala penilaian nilai 2,75. Yakni presentasinya
yaitu 18,75%
atau 6 orang yang tuntas.
Pada tahap siklus ke-II,
tenaga ajar menyusun langkah-langkah kelas belajar”dengan mengedepankan
media-kelas belajar kartu pintar. Selain menyusun RPP peneliti juga menyiapkan
beberapa instrumen yang dibutuhkan guna mendukung kelas belajar. Pelaksanaan
tindakan siklus ke-II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 April 2017. Materi
yang dikenakan pada siklus ke-II yakni gambar ilustrasi, dengan menggunakan
media kelas belajar kartu pintar. Kartu pintar ialah media kelas belajar yang
praktis dan inovatif. Rencana pelaksanaan kelas belajar ini mengacu pada
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan usai
melakukan kelas belajar dengan media kelas belajar kartu pintar. Dimana tenaga
ajar mulai melakukan action atas apa
yang sudah di rencana kan sebelumnya. Tenaga pendidik melaksanakan tanya jawab
seputar materi yang akan disampaikan. Berikutnya, pengajar menjelaskan materi
pelajaran, setelah selesai menjelaskan materi pelajaran kemudian pengajar
membagikan bendera berwarna (merah, kuning, hijau dan biru). Selanjutnya guru
mengelompokkan murid berdasarkan warna bendera yang dimiliki oleh anak didik.
Guru membagikan kartu pintar yang berisi tema cerita kepada setiap grup. Cerita
bertema tersebut ingin ditransformasikan ke dalam bentuk gambar ilustrasi oleh
murid. Guru memberikan batas waktu untuk mengerjakan tugas tersebut. Saat me-ngerjakan gambar ilustrasi peserta
didik merasa kesulitan untuk membayangkan gambar yang bisa menjelaskan dan
mengilustrasikan isi cerita bertema tersebut. Tema dari ceritanya, seperti:
perkotaan, pedesaan, keindahan alam dan pesisir pantai. Selama “kegiatan
belajar” mengajar berlangsung, calon pendidik dibantu oleh mitra kelas untuk
melaksanakan observasi saat memantau perilaku anak didik selama proses belajar
mengenakan (lembar observasi) “aktivitas siswa” dan pengamatan terhadap proses
kegiatan “belajar mengajar” guru. Hasil dari observasi yanng didapatkan dari “aktivitas-siswa”
dan pengajar selama (proses belajar mengajar), Nilai keaktifan-siswa pada
siklus-ke-II ini berkategori “cukup”, dapat didapati sebenarnya presentasi
ketercapaian aktifi-tas “belajar siswa” sama dengan 56,25% nilai itu
mengindikasikan kriteria aktifitas (belajar siswa) di siklus-ke-I ini sama
dengan “cukup rendah”. Nilai keaktifan siswa dalam menggambar ilustrasi masih “cukup
rendah”, belum sesuai dengan target yang diharapkan. Sedang-kan aktifitas
mengajar guru pada siklus-ke-II, sedangkan aktifitas mengajar guru pada siklus ke-III.
Terlihat bahwa pada hasil perolehan nilai gambar ilustrasi siswa masih “rendah”,
sama dengan dalam kategori “cukup”. Yakni nilai average 2,27 dan presentasi yaitu 34,37 atau 11 orang yang tuntas.
Dalam (proses belajar mengajar) pada siklus-ke-II, guru tidak memberi contoh
macam-macam unsur rupa. Akhirnya “siswa” hanya
menggambar dengan pengetahuan awal saja. Guna memperbaiki hal tersebut,
pada siklus-ke-III dalam “kelas belajarnya” akan lebih dijelaskan kembali
materi (menggambar ilustrasi) beserta contoh setiap langkahnya. Guna mendapati
hasil yang ingin dicapai, diperlukan action
yang terintegrasi dengan “baik”. Hal itu telah dibicarakan dengan pendidik
kelas guna mengadakan perbaikan lagi agar “hasil belajar” dapat dinaikkan pada
siklus selanjutnya, siklus-ke-III.
(Peneliti) menyiapkan kelas belajar
untuk pelaksanaan siklus-ke-III dan memperbaiki pelaksanaan kelas belajar
sebelum-nya. Dimana saat siklus-ke-III langkah yang akan dilaksanakan yakni
lebih mengekplorasi aktifitas siswa dan perolehan belajar serta menciptakan kelas
belajar yang lebih “efektif”. Langkah per-tama guru mengapersepsi
dengan mem-berikan penjelasan tentang pengertian (gambar ilustrasi), ciri-ciri,
unsur-unsur menggambar dan komposisi gambar. Kemudian setelah siswa paham
dengan konsep tersebut. Siswa dijelaskan kem-bali apa itu (media kartu pintar)
dan kegunaannya. Langkah selanjutnya anak dibagikan “media kartu pintar” guna menganalisis
cerita ilustrasinya. Setelah itu, anak diberikan tugas dari pendidik.
Penelitian siklus-ke-III dijalani pada hari Selasa tanggal 2 Mei 2017. Setelah
beberapa action dilakukan oleh (peneliti)
dalam proses kelas belajar, bersamaan dengan itu dilakukan juga observasi untuk
mengetahui keadaan (aktifitas siswa) pada proses kelas belajar yang dilakukan calon
pendidik. Observasi ter-sebut memakai pedoman observasi yang telah disiapkan
oleh peneliti. Hal itu dilakukakn untuk mempermudah obser-ver saat memantau
proses belajar meng-ajar yang sedang berlangsung dan peng-amatan difokuskan
pada (aktifitas siswa) dan guru selama proses belajar mengajar. Nilai keaktifan
siswa pada siklus III ini berkategori “cukup”, dapat diketahui bahwa presentasi
ketercapaian (aktifitas belajar) siswa sama dengan 71,5% nilai tersebut
mengindikasikan kriteria “aktifitas belajar siswa” pada siklus-ke-III adalah “cukup”.
Untuk observasi aktivitas guru sama dengan 100% karena sudah terlihat sangat
baik. Hasil (gambar ilustrasi) siswa siklus-ke-III sudah sesuai dengan target
yang ingin dicapai oleh calon pendidik. Terlihat bahwa pada hasil-nilai “gambar
ilustrasi” siswa berkategori baik yaitu denga perssentase 50% atau 16 orang
yang tuntas. Berdasarkan hasil action
observasi pada siklus-ke-III, proses kelas belajar sudah semakin baik dan hasil
belajar siswa sudah meningkat sesuai dengan K-K-M atau sudah maksimal untuk itu
action dilakukan hanya sampai
siklus-ke-III.
“Penelitian tindakan kelas” (P-T-K) yang
dilaksanakan di kelas V SDN Umbul Tengah 1 yang dimulai dari prasiklus hingga
siklus-ke-III, diperoleh data ber-upa (hasil observasi) dan pengamatan dari
proses (kelas belajar) yang meng-alami kenaikan. Jika pada kondisi awal anak
didik masih terlihat pasif dalam proses kelas belajar maka setelah dila-kukan action dengan mengenakan media kelas
belajar “kartu pintar” dalam kelas belajar SBK pada materi “gambar ilustrasi”.
Kegiatan calon pendidik pun telah mencapai kenaikan. Berikut hasil “rekapitulasi
aktifitas siswa” dan guru terhadap penggunaan media kelas belajar kartu pintar
dari setiap siklus.
Tabel 1
Hasil Aktifitas belajar Siswa
Aspek
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
Jumlah
|
65.8
|
72.2
|
91.6
|
Average
|
2.05
|
2.25
|
2.86
|
Prsentase
|
51,25%
|
56,25%
|
71,5%
|
Kategori
|
Cukup
|
Cukup
|
Baik
|
Didasari oleh tabel di atas dapat dilihat
bahwa rekapitulasi aktifitas siswa dalam kelas belajar SBK pada materi “gambar
ilustrasi” menggunakan media kelas bela-jar “kartu pintar” dari siklus yang ke-I
sampai siklus III mengalami kenaikan.
Grafik 1
Hasil Aktivitas “Siswa” dan “Guru”
Tabel
2
Tabel Hasil Kerjaan Siswa
Aspek
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
Jumlah
|
59.25
|
63
|
72,75
|
Average
|
1.85
|
1,96
|
2,27
|
Prsentase
|
9,37%
|
18,75%
|
34,37%
|
Kategori
|
Cukup
|
Cukup
|
Cukup
|
Grafik 2
Perolehan Gambar Ilustrasi Siswa
Dari tahap sebelum-siklus terindentifikasi problema pada (kelas belajar) SBK tentang materi (gambar ilustrasi). Terutama pada meng-hamburkan ide-ide ke dalam meng-gambar, bentuk gambar, dan komposisi gambar. Anak lebih senang menggambar apa benda-benda yang sering mereka lihat pada aktivitas sehari-hari siswa. Menggambar gunung, awan, langit, matahari, serta pemandangan. Pendidikan seni berbeda dengan bidang keilmuan lainnya karena memiliki keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik untuk melakukan kegiatan berekspresi atau berkreasi serta berapresiasi dengan pendekatan yaitu belajar (dengan) seni, belajar seni (melalui) seni, dan belajar (tentang) seni (Susanto, 2015).
Berdasarkan data yang
didapat, diketahui sesungguhnya penelitian dengan menggunakan medium kelas belajar kartu pintar ini telah
terbukti dapat menaikkan aktivitas dan hasil gambar ilustrasi buatan murid dan
aktivitas guru dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian didukung oleh
pendapat Makmun menyatakan bahwa media kelas
belajar merupakan alat ajar yang dapat membantusiswa dan guru untuk sampai pada
tujuan kelas belajar, dimana alat ajar merupakan salah satu komponen/bagian
yang dapat mensukseskan kelas belajar seni itu sendiri (dalam Soebandi, 2008). Selaras
dengan pendapat di atas, media kelas belajar yang digunakan sudah sesuai dengan
pengertian teori yang digunakan. Yaitu media kelas belajar sebagai salah satu
komponen dalam proses belajar mengajar yang mana kelas belajar SBK merupakan kelas
belajar yang tidak hanya menuntut hasil belajar siswa namun pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi atau berkreasi dan
berapresiasi kepada siswa.
Berdasarkan dari perolehan hasil penelitian mulai dari
siklus-ke-I sampai siklus-ke-III di atas dapat dilihat dari nilai average
belajar siswa sudah mencapai nilai yang diinginkan atau sudah mencapai batas
maksimum KKM yang sudah ditentukan, begitu pula dengan aktivitas siswa pada
saat proses kelas belajar mengalami peningkatan juga pada tiap siklusnya. Hasil
observasi secara keseluruhan baik dari aktivitas anak didik maupun hasil gambar
ilustrasi anak didik menggunakan “media kelas belajar” media (kartu pintar)
pada tiap-tiap siklus-nya. Dengan begitu, jawaban dari hipotesis penelitian ini
yaitu: “media kelas” belajar (kartu pintar) pada kelas belajar SBK tentang
materi (gambar ilustrasi), dapat menaikkan keterampilan dalam menghasilkan “hasil
gambar illustrasi” anak didik benar meningkat dan bisa diterima”.
KESIMPULAN
Berlandaskan penelitian
tindakan kelas sudah dilaksanakan di SDN UmbulTengah 1. Dari hasil gambar
ilustrasi buatan (siswa) berbantuan penggunaan sarana belajar kartu pintar.
Maka boleh ditarik conclusion dari
semenjak pelaksaan pra siklus, siklus-ke-I, siklus-ke-II, nan siklus-ke-III
sama dengan langkah-langkah kelas belajar yang berbantuan alat sudah menunjukan
acara aktif dan efektif. Karenanya dapat menmingkatkan “hasil gambar ilustrasi”.
Pendidik sudah dapat menelurkan kelas belajar yang kolaboratif. Dengan
demikian, murid bebas mencurahkan ide dan berkreasi dengan konsep yang telah
matang.
Hasil gambar ilustraasi
dengan alat ajar media smart card
mengalami kemajuan yang baik serta signifikan saat pra siklus average mulai
jumlah semua aspek sama dengan 3 orang (9,37%), siklus ke-I sama dengan 6 orang
(18,75%), siklus k-II sama dengan 11 orang (34,37%), dan siklus k-III sama
dengan 16 orang (50%). Hal ini memperlihatkan bahwa mengalami kemajuan
khususnya dlam kelas belajar SBK pada materi gaambar ilustrasi dengan
mnggunakan media “kartu pintar”.
BIBLIOGRAFI
Power, B., Power, B., & Klopper, C. (2011). the
classroom practice of creative arts education in NSW primary schools: A
descriptive account . international journal of education & the arts,
2.
Soebandi, B. (2008). Model Kelas
belajar Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Maulana Offset.
Susanto, A. (2016). Teori
Belajar dan Kelas belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.