Rabu, 20 September 2017

Artikel Ilmiah dengan Judul Kartu Pintar Sebagai Alat Ajar Edukatif Menggambar Ilustrasi Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Edit Posted by with No comments
Kartu Pintar Sebagai Alat Ajar Edukatif Menggambar Ilustrasi Bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Dwi Mifta Amal Aulia
Effendi Zulkifly[1]
Yulianti Fitriyani[2]

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil gambar ilustrasi serta memperbaiki cara proses belajarnya pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dengan menggunakan media kartu pintar di kelas V Sekolah Dasar Negeri Umbul Tengah 1. Jenis penelitiannya menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini mempunyai tiga siklus untuk mencapai target peneliti. Dimana setiap siklus memiliki tahapan, meliputi: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas V yang berjumlah 32 orang.  Adapun intrumen yang diterapkan yaitu lembar observasi dan lembar penilaian produk. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa penggunaan kartu pintar dapat meningkatkan hasil gambar ilustrasi pada mata pelajaran SBK. Hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil aktivitas guru dan siswa pada proses menggambar serta terlihatnya hasil gambar ilustrasi yang sesuai dengan kaidah. Peneliti terlebih dahulu mengadakan pra-siklus dan diperoleh hasil nilai awal sebagai acuan pertama. Kemudian tahapannya dilanjut pada siklus I dan siklus II dengan perolehan nilai yang meningkat bisa dikatakan berhasil. Namun hasil nilai belum sesuai dengan target  peneliti, maka dari itu dilanjutkan dengan siklus III. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase peningkatan aktivitas mengajar guru sebagai berikut: pada siklus I adalah 70%, siklus II adalah 80%, dan siklus III adalah 100%. Dari hasil persentase tersebut disimpulkan peningkatan aktivitas mengajar guru dari siklus I ke siklus III sebanyak 30%. Sedangkan pada peningkatan aktivitas siswa sebagai berikut: pada siklus I adalah 51,25%, siklus II adalah 56,25%, dan siklus III adalah 71,5%. Hal ini menunjukan selalu ada peningkatan pada setiap siklusnya, yakni terlihat dari siklus I ke siklus III naik sebanyak 20,25%. Rekomendasi penelitian ditujukan bagi guru dan peneliti selanjutnya yang hendaknya guru bisa kreatif sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dan untuk peneliti selanjutnya, diharapkan bisa melanjutkan penelitian ini, karena masih perlu kajian lebih lanjut terutama pada bagian landasan teori untuk rentang persentase skor dan hasil nilai. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya bisa memperkuat dan melengkapi kekurangannya.

Kata Kunci: Media Kartu Pintar, Gambar Ilustrasi



Smart Cards as a Medium of Teaching Educational Drawing Illustrations  5th Grade Students of Primary School

Dwi Mifta Amal Aulia
Effendi Zulkifly1
Yulianti Fitriyani2

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Daerah Serang
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract

The main purpose of this research was to increase the draw-illustration result  and to improve its learning process on the subject of Art, Culture, and Craftsmanship with the media of smart card in  the fifth grade of Primary School Umbul Tengah 1. In this research, classroom action research methode was applied.  Furthermore, to achieve resercher target, this research had three cycles in which every cycle involved several stages (action planning, action implementation, observation and reflection). The subject of this research was  fifth grade pupils, 32 students in total. Meanwhile, instruments applied for this research were observation sheet and product assesment sheet. The result of this research revealed that the use of smart card could increase draw-illustration result on the subject of Art, Culture, and craftsmanship. This can be seen from the improvement of student’s activity outcome in drawing process and the conformity between draw-illustration result and the principle. In this research, pra-cycle was carried out and the result obtained became the main reference. Then, the stage was continued with 1st cycle and 2nd cycle. However, the output did not yet meet resercher’s expectation, therefore the stage was continued to the 3rd cycle. This can be seen from the percentage of the increase  of teacher’s activity, as follows: 1st cycle average from whole aspect wa 70%, 2nd cycle was 80%, and 3rd cycle was 100%. These results show up from the cycle of the increase of the theacher’s activity this is from 1st cycle untill 3rd cycle are   30%. Meanwhile from the percentage of the increase of the student’s activity, as follow: 1st cycle average from whole aspects was 51,25%, 2nd cycle was 56,25%, and 3rd cycle 71,5%.  These results show that there was always excalation from the cycle of the increase this is from 1st cycle untill 3rd cycle are   20,25%. This research give recommendation to teacher and second researcher have to creative and create happiness learning condition. And the second researcher to continue this research. Because still needed expansion especially of the part is theory to range percentase scor and value. May it happen support and complementary this famine.

Keywords : Medium Smart Card, Draw Illustration



Pedidikan seni menebarkan kesempatan emas guna membangun pengetahuan serta keterampilani mengekspresikan diri; fantasi; pemecahan masalah kratif; dan kolaboratif; komunikasi; perancangan arti bersama; serta rasa hormat kepada semua orang (Power, B., & Klopper, 2011).
Umumnya, kurikulum dijadikan tolok ukur pada matapelajaran SBK Seni Budaya  Keterampilan, yakni di jenjang Sekolah Dasar di kelas V mengandung seni rupa,seni musik, seni tari,seni derama dan ketrampilan yang setara. Di SDN Umbul Tengah 1, berdasarkan wawancra pada kegiatan prasiklus kepada pengajar kelas. Didapat keterangan bahwa nilai final mata pelajaran SBK berlandaskan pada indeks yang diterapkan berupa: cakupan komposisi seni rupa 70%; seni musik 20%; serta seni tari 10%. Namun aspek–aspek itu telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Menggambar illustrasi berarti metode mengeskpresikan diri melewati sarana tertentu sehingga  memperoleh gambra sesuai dengan imajinasi pembuat (siswa) dengan maksud menceritakan atau menjelaskan suatu hal. Supaya anak didik sanggup menggambarnya dengan baik, sangat diperlukan pemahaman tentang fungsi dari menggambar. Secara lazimnya berfungsi untuk menceritakan pokok ide berupa peristiwa atau suasana yang ada. Dengan tujuan lain agar anak didik mampu menceritakn pokok ide atau bercerita melalui gambar. Gambar ilustrasi dalam penelitian ini ialah sebuah gambar yang sengaja dibuat serta diimbuhkan pada kolom tulisan sebagai pelengkap di novel pun di buku cerita yang sesuai dengan isi cerita dengan gambar tersebut, kita bisa lebih terang menerima maksud yang diceritakan si-pengarangnya. Gambar itu demikian yang disebut gambar ilustrasi. Jadi gambar ilustrasi yakni merupakan gaambar yang berfungsi untuk memperjelaskan materi cerita atau karangan artikel naskah tertulis. Gambar ilstrasi yang diinginkan merupakan hasil karya seni rupa dua (2)  dimensi.
Dari hasil pemantauan pada kelas belajar SBK, banyak suatu yg menjadi masalah yakni salah satu diantaranya minimnya rancangan yang matang mengenai penggunaan metode,model ataupun media pada proses pengajaran. Lantaran itu, anak didik menjadi bimbang dan buntu dalam menggambar. Peserta didik condong menggambar apa yang sering digambar mereka, lalu yang terjadi ialah gambar buatan anak didik yang seragam. Hal tersebutlah membuat saya (peneliti) ingin membantu memperbaiki masalah yang terjadi yang kemudian sungguh dibutuhkan sarana belajar yang cocok. Sebab media merupakan satu keping dari komponen belajar yang ridak terpisahkan (Soebandi, 2008).
Agar supaya pesera didik bisa aktif serta kreatif dalam berkreasi menggambar ilustrasi. Sarana yang dirasa serasi dengan permasalahan menggambar illustrasi ialah sebuah kartu pintar. Kartu pintar yaitu merupakan satu alat yang dipake saat proses pengajaran yang bertujuuan agar lebih mudah memperlihatkan khayalan anak dalam menggambar. Kartu pintar sangat ampuh diterapkan guna merangsang timbulnya gagasan,ide serta inspirasi dalam hal menggambar illustrasi. Selain keunikan yang berdaya guna dan fleksibel, wujud gambar dalam kerangka “kartu pintar” memungkinkan sarana permainan pun tukar pikiran tim. Alat ini bisa menimbulkan daya tarik, serta dapat memupuk perhatian serta minat beljar anak didik, dan memudahkan mengembagkan fantasi imajinatif gambar buatan peserta didik. Istilah medium kelas belajar dalam penelitian ini adalah sebagai alat peraga kelas belajar guna menyampaikan materi pada siswa (kelas V) sekolah dasar. Sebelumnya pun peneliti terlebih dahulu membuat sarana kelas belajar kartu pintar setelah itu kemudian bisa dapat digunakan sebagai mediaa pengajaran pada materi gambar ilustrasi. Media kartu pintar ini merupakan alat peraga berbentuk kartu yang berisi cuplikan cerita bertema yang nantinya akan dirubah murid ke bentuk gambar.
Sebab oleh itu, berlandaskan masalah tsb. Penelitian ini hendak mencoba menerapkan medium kartu-pintar pada pelajaran SBK guna fokus judul peneliitian yaitu “Penggunaan Media Kartu Pintar untuk Meningkatkan Hasil Gambar Ilustrasi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Umbul Tengah-1”

METODE
Kegiatan penelitian mengenakan metode PTK (Penelitian tindakan kelas). Penelitian yg dilakukan oleh pengajar dalam kelasnya sendiri guna memperbaiki kinerja supaya agar  kualitasnya menjadi lebih baik serta penambahan  minat dan mutu belajar anak didik. Sering kali kegiatan ini di lakukan secara kolaboratif, yakni antara tenaga didik atau peneliti.
Kegiatan ini terjadi di Sekolah Negeri Umbul Tengah 1 Kec  Taktakan Kota Serang, asal mula mengapa memilih lokasi ini; Di sebabkan sekolahan tersebut menjadi tempat PPL, agar mengefisienkan waktu serta memiliki jalinan relasi yang sudah baik.Penelitian dilaksanakan ketika semester genap tahun ajaran (2016/2017), dimulai bulan Februari sampai Mei 2017.
Tujuan primernya yakni berkenaan tentang gambar illustrasi buatan anak didik dengan menggunakan kartu pintar. Tokoh penting pada penelitian ini yakni peserta-didik kelas V (lima) dengan total 32 orang, ada pun 13 laki–laki berikut pula 19 perempuan.
Sejumlah ahli mengemukakan model PTK dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: plan (rencana tindakan); action (pelaksanaan tindakan); observation (mengamati), dan reflection (perenungan). Komponen tadi itu merupakan kesatuan yang dianggap menjadi satu siklus. Yang mana dilakukan secara terus menerus akan terus berkesinambungan sampai target penilaiannya tercapai.
Supaya mendapatkan data yang diperlukan,maka dibantu dengan petunjuk petunjuk antaralain: petunjuk observasi; petunjuk wawancara; petunjuk penyimpanan; serta petunjuk ujian. Pertama itu observasi, observasi ialah petunjuk pemantauan lebih menitik beratkan dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan cara pelajaran SBK spesifiknya tentang menggambar. Cara itu meliputi bentuk rancangan; pelaksana; atau sistem belajar beserta gambar ilustrasi buatannya. Karena keterbatasan sepengamat, pemantauan aktivitas oleh tenaga didik cuma dilakukan awalan dan akhiran pelajaran pada tiap-tiap siklusnya dilaksanakan. Kedua mewawancara, petunjuk mewawancarai berguna sebagai alat pencari berita, fakta, liputan, serta bahan dari pelatih seni  terutama pada materi tadi. Ada dua jenis mewawancarai, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Di kegiatan kali ini jenis mewawncara yang digunakan yakni petunjuk wawancara/ tidak terstruktur. Karna sebelumnya tidak membereskan perincian uraian centang. Keterbatasan kesempatan berikut tempo kegiatan ini dipakai hanya sekali saat prasiklus. Ketiga dokumentasi, petunjuk dokumentasi memiliki fungsi mencari file atau photo yang berkaitan dengan pelajaran. Guna proses pencarian membutukan alat bantu berupa alat & tulis, kamera guna mengambil gambar selama pengajaran serta bisa dijadikan alat rekam suara sebagai usaha mendokumentasikan segala sumber data. Kebutuhan dengan fakta sangat perlu memakai teknik ini, supaya hasil pendapatan data serta berita tertulis atau tersirat dapat tertangkap. Sehingga data yang termiliki sangat akurat. Serta dapat mengurangi indikasi penaikan bahkan penurunan kemampuan siswa terdata jelas. Terakhir tes, tes berperan guna mengukur keberhasilan kegiatan pengajaran di sekolahan. Petunjuk ujian ini megaplikasikan pernilaian non–tes, yangmana belajar di titikberatkan kepada standar kompetensi (SK) berikut kompetensi dasar (KD) berkenaan materi itu. Anak didik diwajibkan menciptakan gambar buatan mereka. Ujian ini dilangsungkan menggunakan teknik penilaian produk.
Hasil observasinya dari aktivitas peendidik dan anak didik selama pelajaran yaitu kualitatif-deskriptif agar mengetahui seberapa banyak peningkatan menggambaar illustrasi menggunakan sarana kartu pintar.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada rangka ini akan di bahas mulai dari perencanaan; pelaksanaan; hingga hasil. Kegiatan ini dilakukan dalam tiga kali siklus. Permulaannya dimulai dengan kegaiatan prasiklus dahulu yaitu hari Kamis 23 Februari 2017. Pertamanya melakukan observasi, pada ini dilakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar mengajar di kelas V SDN UmbulTengah 1. Pengamatan proses kelas belajar SBK serta kondisi guru juga pun siswa di saat cara kelas belajar berlangsung. Setelah mengamati kelas belajar peniliti melakukan menwawancarakan dengan pengajar mata pelajaran SBK terkait dengan kelas belajar SBK secara lazim, meliputi rencana pendidik dalam menyiapkan perangkat-kurikulum meliputi ‘silabus’ dan RPP, pelaksanaan kelas belajar menggambar ilustrasi, juga pun evaluasi kelas belajar “menggambar ilustrasi”. Setelah nya, dilakukan pre sebelum test menggambar ternyata didapatkan nilai average sama dengan 1,85 sedangkan presentasi ketuntasan siswa = 9,37% atau 3 orang. Usai dilakukan tahapan pemantauan dan interview, proses kelas belajar mata pelajaran SBK kelas V, direnungi bersama pengajar kelas dalam bentuk diskusi. Berangkat dari permasalahan di atas, bermula observasi peneliti dengan guru kelas berdialog guna mencari jalan keluar. Adapun peneliti menawarkan kepada pengajar kelas menggunakan peraga kelas belajar yakni  “kartu pintar”.
Pada siklus ke-I berlangsung saat Jumat tanggal 18 April 2017. Plan (siklus I) disusun berladaskan hasil refleksisasi, per-tahap pra siklus. Pun juga peneliti mengagendakan rencana kelas belajar (materi gambar ilustrasi) berupa rencana pelaksanaan kelas belajar berikut media kelas belajar yaitu menggunakan kartu pintar untuk rancangan kelas belajar yang aktif dan inovatif. Merangkai lembar observasi, dan tugas siswa untuk menggambar ilustrasi dengan tema tertentu. Adapun kegiatan observasi ini dilakukan guna melihat hambatan anak didik di proses kelas belajarnya dalam kelas. Banyak sesuatu yang jadi problema yakni salah satu diantara nya terbatasnya pengajar seni yang kemudian mata pelajaran SBK diajarkan oleh guru kelas. Berikut juga kurang matangnya perencanaan tenaga ajar dalam pemakaian metode, model ataupun media pada proses kelas belajar lantaran anak didik bingung dalam proses menggambar. Anak murid cenderung menggambar apa yang biasa mereka gambar, maka yang terjadi adalah hasil gambar buatan siswa yang seragam. Melaksanaan kegiatan siklus I dilakukannya tindakan atas apa yang sudah di rancang sebelumnya. Diawali seperti pelajaran sewajarnya disambung dengan inti belajar kali ini memakai media kartu pintar dipakai permainan bendera warna dan warni. Dilanjut pembagian kartu jua penentuan tema cerita seraya anak mengerjakan tugas gambarnya. Pertemuan diakhiri dengan doa berbarengan. Kegiatan observasi yang diamati oleh peneliti (saya) yakni aktifitas dan hasil belajar siswa tentang materi gambar ilustrasi dengan meng-apply media kartu pintar. Hasilnya pun didapati nilai average 2,05. Presentasi ketercapaian aktifitas belajar siswa sama dengan 51,25% nilai itu mengindikasikan kriteria aktifitas belajar siswa pada siklus ke-I ini terbilang “cukup rendah”. Namun observasi pada pengajar tercatat nilai aspek yang didapat = 70% dengan kategori nilai “cukup”. Tergambar bahwa pada hasil-nilai gambar ilustrasi anak didik masih “rendah”, yaitu dalam kategori “cukup” dan belum sesuai dengan nilai KKM yang ditentukan Sekolah, mendapatkan nilai average minimal 67, di penelitian ini, nilai yang dikatakan tuntas wajib di atas nilai KKM sama dengan skala penilaian nilai 2,75. Yakni presentasinya yaitu 18,75% atau 6 orang yang tuntas.
Pada tahap siklus ke-II, tenaga ajar menyusun langkah-langkah kelas belajar”dengan mengedepankan media-kelas belajar kartu pintar. Selain menyusun RPP peneliti juga menyiapkan beberapa instrumen yang dibutuhkan guna mendukung kelas belajar. Pelaksanaan tindakan siklus ke-II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 April 2017. Materi yang dikenakan pada siklus ke-II yakni gambar ilustrasi, dengan menggunakan media kelas belajar kartu pintar. Kartu pintar ialah media kelas belajar yang praktis dan inovatif. Rencana pelaksanaan kelas belajar ini mengacu pada standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan usai melakukan kelas belajar dengan media kelas belajar kartu pintar. Dimana tenaga ajar mulai melakukan action atas apa yang sudah di rencana kan sebelumnya. Tenaga pendidik melaksanakan tanya jawab seputar materi yang akan disampaikan. Berikutnya, pengajar menjelaskan materi pelajaran, setelah selesai menjelaskan materi pelajaran kemudian pengajar membagikan bendera berwarna (merah, kuning, hijau dan biru). Selanjutnya guru mengelompokkan murid berdasarkan warna bendera yang dimiliki oleh anak didik. Guru membagikan kartu pintar yang berisi tema cerita kepada setiap grup. Cerita bertema tersebut ingin ditransformasikan ke dalam bentuk gambar ilustrasi oleh murid. Guru memberikan batas waktu untuk mengerjakan tugas tersebut.  Saat me-ngerjakan gambar ilustrasi peserta didik merasa kesulitan untuk membayangkan gambar yang bisa menjelaskan dan mengilustrasikan isi cerita bertema tersebut. Tema dari ceritanya, seperti: perkotaan, pedesaan, keindahan alam dan pesisir pantai. Selama “kegiatan belajar” mengajar berlangsung, calon pendidik dibantu oleh mitra kelas untuk melaksanakan observasi saat memantau perilaku anak didik selama proses belajar mengenakan (lembar observasi) “aktivitas siswa” dan pengamatan terhadap proses kegiatan “belajar mengajar” guru. Hasil dari observasi yanng didapatkan dari “aktivitas-siswa” dan pengajar selama (proses belajar mengajar), Nilai keaktifan-siswa pada siklus-ke-II ini berkategori “cukup”, dapat didapati sebenarnya presentasi ketercapaian aktifi-tas “belajar siswa” sama dengan 56,25% nilai itu mengindikasikan kriteria aktifitas (belajar siswa) di siklus-ke-I ini sama dengan “cukup rendah”. Nilai keaktifan siswa dalam menggambar ilustrasi masih “cukup rendah”, belum sesuai dengan target yang diharapkan. Sedang-kan aktifitas mengajar guru pada siklus-ke-II, sedangkan aktifitas mengajar guru pada siklus ke-III. Terlihat bahwa pada hasil perolehan nilai gambar ilustrasi siswa masih “rendah”, sama dengan dalam kategori “cukup”. Yakni nilai average 2,27 dan presentasi yaitu 34,37 atau 11 orang yang tuntas. Dalam (proses belajar mengajar) pada siklus-ke-II, guru tidak memberi contoh macam-macam unsur rupa. Akhirnya “siswa” hanya  menggambar dengan pengetahuan awal saja. Guna memperbaiki hal tersebut, pada siklus-ke-III dalam “kelas belajarnya” akan lebih dijelaskan kembali materi (menggambar ilustrasi) beserta contoh setiap langkahnya. Guna mendapati hasil yang ingin dicapai, diperlukan action yang terintegrasi dengan “baik”. Hal itu telah dibicarakan dengan pendidik kelas guna mengadakan perbaikan lagi agar “hasil belajar” dapat dinaikkan pada siklus selanjutnya, siklus-ke-III.
(Peneliti) menyiapkan kelas belajar untuk pelaksanaan siklus-ke-III dan memperbaiki pelaksanaan kelas belajar sebelum-nya. Dimana saat siklus-ke-III langkah yang akan dilaksanakan yakni lebih mengekplorasi aktifitas siswa dan perolehan belajar serta menciptakan kelas belajar yang lebih “efektif”. Langkah per-tama guru mengapersepsi dengan mem-berikan penjelasan tentang pengertian (gambar ilustrasi), ciri-ciri, unsur-unsur menggambar dan komposisi gambar. Kemudian setelah siswa paham dengan konsep tersebut. Siswa dijelaskan kem-bali apa itu (media kartu pintar) dan kegunaannya. Langkah selanjutnya anak dibagikan “media kartu pintar” guna menganalisis cerita ilustrasinya. Setelah itu, anak diberikan tugas dari pendidik. Penelitian siklus-ke-III dijalani pada hari Selasa tanggal 2 Mei 2017. Setelah beberapa action dilakukan oleh (peneliti) dalam proses kelas belajar, bersamaan dengan itu dilakukan juga observasi untuk mengetahui keadaan (aktifitas siswa) pada proses kelas belajar yang dilakukan calon pendidik. Observasi ter-sebut memakai pedoman observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Hal itu dilakukakn untuk mempermudah obser-ver saat memantau proses belajar meng-ajar yang sedang berlangsung dan peng-amatan difokuskan pada (aktifitas siswa) dan guru selama proses belajar mengajar. Nilai keaktifan siswa pada siklus III ini berkategori “cukup”, dapat diketahui bahwa presentasi ketercapaian (aktifitas belajar) siswa sama dengan 71,5% nilai tersebut mengindikasikan kriteria “aktifitas belajar siswa” pada siklus-ke-III adalah “cukup”. Untuk observasi aktivitas guru sama dengan 100% karena sudah terlihat sangat baik. Hasil (gambar ilustrasi) siswa siklus-ke-III sudah sesuai dengan target yang ingin dicapai oleh calon pendidik. Terlihat bahwa pada hasil-nilai “gambar ilustrasi” siswa berkategori baik yaitu denga perssentase 50% atau 16 orang yang tuntas. Berdasarkan hasil action observasi pada siklus-ke-III, proses kelas belajar sudah semakin baik dan hasil belajar siswa sudah meningkat sesuai dengan K-K-M atau sudah maksimal untuk itu action dilakukan hanya sampai siklus-ke-III.
“Penelitian tindakan kelas” (P-T-K) yang dilaksanakan di kelas V SDN Umbul Tengah 1 yang dimulai dari prasiklus hingga siklus-ke-III, diperoleh data ber-upa (hasil observasi) dan pengamatan dari proses (kelas belajar) yang meng-alami kenaikan. Jika pada kondisi awal anak didik masih terlihat pasif dalam proses kelas belajar maka setelah dila-kukan action dengan mengenakan media kelas belajar “kartu pintar” dalam kelas belajar SBK pada materi “gambar ilustrasi”. Kegiatan calon pendidik pun telah mencapai kenaikan. Berikut hasil “rekapitulasi aktifitas siswa” dan guru terhadap penggunaan media kelas belajar kartu pintar dari setiap siklus.
Tabel 1
Hasil Aktifitas belajar Siswa
Aspek
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Jumlah
65.8
72.2
91.6
Average
2.05
2.25
2.86
Prsentase
51,25%
56,25%
71,5%
Kategori
Cukup
Cukup
Baik

Didasari oleh tabel di atas dapat dilihat bahwa rekapitulasi aktifitas siswa dalam kelas belajar SBK pada materi “gambar ilustrasi” menggunakan media kelas bela-jar “kartu pintar” dari siklus yang ke-I sampai siklus III mengalami kenaikan.


Grafik 1
 Hasil Aktivitas “Siswa” dan “Guru”






Tabel 2
Tabel Hasil Kerjaan Siswa
Aspek
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Jumlah
59.25
63
72,75
Average
1.85
1,96
2,27
Prsentase
9,37%
18,75%
34,37%
Kategori
Cukup
Cukup
Cukup

Grafik 2
Perolehan Gambar Ilustrasi Siswa






Dari tahap sebelum-siklus terindentifikasi problema pada (kelas belajar) SBK tentang materi (gambar ilustrasi). Terutama pada meng-hamburkan ide-ide ke dalam meng-gambar, bentuk gambar, dan komposisi gambar. Anak lebih senang menggambar apa benda-benda yang sering mereka lihat pada aktivitas sehari-hari siswa. Menggambar gunung, awan, langit, matahari, serta pemandangan. Pendidikan seni berbeda dengan bidang keilmuan lainnya karena memiliki keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik untuk melakukan kegiatan berekspresi atau berkreasi serta berapresiasi dengan pendekatan yaitu belajar (dengan) seni, belajar seni (melalui) seni, dan belajar (tentang) seni (Susanto, 2015).
Berdasarkan data yang didapat, diketahui sesungguhnya penelitian dengan menggunakan medium kelas belajar kartu pintar ini telah terbukti dapat menaikkan aktivitas dan hasil gambar ilustrasi buatan murid dan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian didukung oleh pendapat Makmun  menyatakan bahwa media kelas belajar merupakan alat ajar yang dapat membantusiswa dan guru untuk sampai pada tujuan kelas belajar, dimana alat ajar merupakan salah satu komponen/bagian yang dapat mensukseskan kelas belajar seni itu sendiri (dalam Soebandi, 2008). Selaras dengan pendapat di atas, media kelas belajar yang digunakan sudah sesuai dengan pengertian teori yang digunakan. Yaitu media kelas belajar sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang mana kelas belajar SBK merupakan kelas belajar yang tidak hanya menuntut hasil belajar siswa namun pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi kepada siswa.
Berdasarkan dari perolehan hasil penelitian mulai dari siklus-ke-I sampai siklus-ke-III di atas dapat dilihat dari nilai average belajar siswa sudah mencapai nilai yang diinginkan atau sudah mencapai batas maksimum KKM yang sudah ditentukan, begitu pula dengan aktivitas siswa pada saat proses kelas belajar mengalami peningkatan juga pada tiap siklusnya. Hasil observasi secara keseluruhan baik dari aktivitas anak didik maupun hasil gambar ilustrasi anak didik menggunakan “media kelas belajar” media (kartu pintar) pada tiap-tiap siklus-nya. Dengan begitu, jawaban dari hipotesis penelitian ini yaitu: “media kelas” belajar (kartu pintar) pada kelas belajar SBK tentang materi (gambar ilustrasi), dapat menaikkan keterampilan dalam menghasilkan “hasil gambar illustrasi” anak didik benar meningkat dan bisa diterima”.

KESIMPULAN
Berlandaskan penelitian tindakan kelas sudah dilaksanakan di SDN UmbulTengah 1. Dari hasil gambar ilustrasi buatan (siswa) berbantuan penggunaan sarana belajar kartu pintar. Maka boleh ditarik conclusion dari semenjak pelaksaan pra siklus, siklus-ke-I, siklus-ke-II, nan siklus-ke-III sama dengan langkah-langkah kelas belajar yang berbantuan alat sudah menunjukan acara aktif dan efektif. Karenanya dapat menmingkatkan “hasil gambar ilustrasi”. Pendidik sudah dapat menelurkan kelas belajar yang kolaboratif. Dengan demikian, murid bebas mencurahkan ide dan berkreasi dengan konsep yang telah matang.
Hasil gambar ilustraasi dengan alat ajar media smart card mengalami kemajuan yang baik serta signifikan saat pra siklus average mulai jumlah semua aspek sama dengan 3 orang (9,37%), siklus ke-I sama dengan 6 orang (18,75%), siklus k-II sama dengan 11 orang (34,37%), dan siklus k-III sama dengan 16 orang (50%). Hal ini memperlihatkan bahwa mengalami kemajuan khususnya dlam kelas belajar SBK pada materi gaambar ilustrasi dengan mnggunakan media “kartu pintar”.

BIBLIOGRAFI

 

Power, B., Power, B., & Klopper, C. (2011). the classroom practice of creative arts education in NSW primary schools: A descriptive account . international journal of education & the arts, 2.
Soebandi, B. (2008). Model Kelas belajar Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Maulana Offset.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Kelas belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.







[1] Penulis Penanggung Jawab
[2] Penulis Penanggung Jawab